Sabtu, 26 Januari 2013

TUMBUH KEMBANG SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA 2 TAHUN (Part 3)


Hmmmmm.....setelah kita mengetahui karakteristik perkembangan sosial dan perkembangan emosional anak usia 2 tahun, belum lengkap kalau kita tidak membahas juga tentang bagaimana menstimulasi anak kita agar perkembangan sosial dan emosionalnya menjadi optimal. Selain itu perlu juga kita cermati bahwa dalam perkembangannya perlu juga kita cermati gangguan dalam sosial emosional yang dialami oleh si 2 tahun. Yuk kita telaah lebih lanjut.........


D.    STIMULASI UNTUK PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA 2-3 TAHUN
Memiliki anak yang mempunyai kecerdasan sosial emosional yang baik, tentulah tidak mudah dan tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat. Agar anak mampu mengelola sosial emosionalnya dengan baik, perlu dukungan dari orangtua, yang antara lain adalah sebagai berikut:
-        Tumbuhkan rasa ingin tahu anak, kreativitas dan imajinasi
Rasa ingin tahu merupakan bawaan dari anak, sehingga, secara alami anak kecil akan tertarik menyentuh sesuatu, merasakan hal-hal dan bahkan membongkar barang-barang yang ia temui. Orang tua harus dengan sabar memenuhi rasa ingin tahu anak. Tunjukkan bagaimana menggunakan barang-barang yang mereka minati.
-        Melatih kemampuan pengendalian diri
Tips agar Kecerdasan Emosional (EQ) Anak Berkembang adalah dengan melatih anak kemampuan pengendalian diri. Misalnya, ketika anak tiak menangis ketika ditinggal oleh ibunya, , orang tua dapat berkata: “Jika kamu tidak menangis waktu ibu pergi, maka kita akan menghasikan waktu bersama selama seharian besok.
-        Berilah kesempatan anak untuk melatih cara pikir mereka
Seorang anak laki-laki tidak bisa menaiki anak tangga karena dia terlalu kecil. Dia meminta ibunya untuk mengangkatnya. Ibunya berkata:  “Kamu bisa melakukannya, coba gunakan akal dan pikirkan sejenak bagaimana melakukannya.” Kemudian, anak itu punya. ide: “ Jika saya pindahkan boks mainan saya di sini, saya dapat menggunakannya untuk pijakan”. Anak itu berpikir dan berusaha memecahkan masalah berkat nasihat ibunya. Hal ini memotivasi anak untuk menciptakan solusi. Dalam kehidupan sehari-hari, ada banyak pendekatan masalah yang bisa dilakukan selama kita mencurahkan waktu sejenak untuk memikirkannya.
-        Berilah Lebih banyak dorongan dan dukungan
Tumbuh berkembang tidak akan pernah mulus sepanjang jalan. Akan ada tawa, air mata, frustrasi, serta kegagalan. Ketika beberapa aspirasi tidak tercapai, anak-anak membutuhkan lebih banyak dorongan dan bantuan dari Anda. Jangan ikut menurunkan semangat mereka. Jaga agar mereka senantiasa merasa terdukung. Mimpi adalah bahan bakar yang memotivasi kesuksesan.
-        Tumbuhkan rasa percaya diri
Rasa percaya diri dan sikap positif akan membimbing mereka menuju jalan keberhasilan. Orang-orang sukses pertama-tama percaya bahwa mereka dapat berhasil.
-        Latihlah Menghadapi dunia luar
Karena terlalu khawatir, banyak orangtua melarang anaknya pergi ke luar sendirian. Karena hal ini, anak-anak jadi kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi dan bertemu orang baru. Ketika anak kecil melihat seseorang yang tidak ia kenal, ia mungkin akan menangis atau memilih menyendiri. Setelah  tumbuh dewasa, mereka menjadi sensitif dan kurang berani untuk berbicara atau berkomunikasi dengan orang lain. Kurang percaya diri menyebabkan mereka tidak punya banyak teman. Ketika dewasa, mereka akan sulit mencapai potensi penuh yang dimiliki serta  menghadapi kesulitan berurusan dengan masyarakat. Oleh karena itu, orang tua harus membantu anak-anak mereka untuk memahami dunia luar. Orang tua juga harus memberikan kesempatan berinteraksi  lebih banyak untuk anak-anak yang penakut. Seorang anak yang mampu menghadapi masyarakat tanpa rasa takut juga akan lebih percaya diri saat berhadapan dengan guru dan rekan-rekannya di sekolah.
-        Tanamkan rasa hormat pada orang lain
Dengan mengajarkan mereka untuk menghormati orang lain dan bekerja sama dengan orang-orang yang memiliki pendapat berbeda, mereka dapat memiliki hubungan interpersonal yang lebih harmonis.
Ketika pemecahan masalah telah dipilih bersama, orang tua juga perlu mendorong anak-anaknya mencoba pemecahan masalah tersebut.. Orang tua hanya menghadapi anak-anaknya sendiri yang semenjak lahir telah mereka ketahui bagaimana pertumbuhan fisik dan perkembangan emosinya. Orang tua relatif mengetahui bagaimana pola-pola penyimpangan emosi yang terjadi pada anak-anak mereka.

E.    GANGGUAN PADA PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA 2-3 TAHUN
1.     AUTISME
Autisme adalah istilah yang digunakan untuk sekumpulan gangguan perkembangan secara neurologik dimana individu yang mengalaminya akan mengalami gangguan pada kemampuan interaksi sosialnya dan keterampilan komunikasinya, serta kecenderungan untuk mengulangi suatu perilaku tertentu. Terdapat berbagai macam bentuk autisme, dari seseorang yang dapat berperilaku baik pada berbagai keadaan, sampai seseorang yang mengalami gangguan bicara dan keterampilan harian sederhana.
Autisme biasanya didiagnosa pada usia balita atau usia prasekolah, walaupun ada juga yang didiagnosa pada usia yang lebih tua. Menurut laporan, sekitar 20% anak yang mengalami autisme mengalami sesuatu yang disebut sebagai regresi, yaitu mereka tampaknya mengalami suatu perkembangan normal tetapi kemudian kehilangan keterampilan komunikasi dan sosial. Anak laki-laki mempunyai resiko tiga sampai empat kali lipat untuk mengalami autisme dari pada anak perempuan. Autisme dapat terjadi pada semua kelompok ras, etnik, dan sosial manapun. Berbagai macam faktor yang diduga berhubungan dengan autisme antara lain faktor infeksi, metabolisme, genetik, neurologik, dan lingkungan.
Menurut bukti-bukti ilmiah yang ada saat ini tidak ada satupun hipotesis yang mendukung pernyataan bahwa vaksin MMR, atau kombinasinya, dapat menyebabkan terjadinya autisme maupun bentuk autisme regresif. Pertanyaan-pertanyaan akan adanya kemungkinan kaitan antara vaksin MMR dan autisme telah diteliti secara luas oleh National Academy of Sciences, Institute of Medicine, Amerika. Penelitian ini menyimpulkan berdasarkan bukti-bukti epidemiologi yang ada saat ini bahwa tidak ada hubungan sebab akibat antara vaksin MMR dan autisme.

2.     TANTRUM
Temper Tantrum (mengeluarkan amarah yang hebat untuk mencapai maksudnya), suatu letupan amarah anak yang sering terjadi pada usia 2 sampai 4 tahun di saat anak menunjukkan kemandirian dan sikap negativistiknya. Perilaku ini seringkali disertai dengan tingkah yang akan membuat Anda semakin jengkel, seperti menangis dengan keras, berguling-guling di lantai, menjerit, melempar barang, memukul-mukul, menyepak-nyepak, dan sebagainya. Bahkan pada anak yang lebih kecil, diiringi pula dengan muntah atau kencing di celana.
Mengapa Temper Tantrum ini bisa terjadi ? Hal ini disebabkan karena anak belum mampu mengontrol emosinya dan mengungkapkan amarahnya secara tepat. Tentu saja hal ini akan bertambah parah jika orang tua tidak mengerti apa yang sedang terjadi pada anaknya, dan tidak bisa mengendalikan emosinya karena malu, jengkel, dan sebagainya.
Beberapa penyebab konkrit yang membuat anak mengalami Temper Tantrum adalah :
·         Anak terlalu lelah, sehingga mudah kesal dan tidak bisa mengendalikan emosinya.
·         Anak gagal melakukan sesuatu, sehingga anak menjadi emosi dan tidak mampu mengendalikannya. Hal ini akan semakin parah jika anak merasakan bahwa orang tuanya selalu membandingkannya dengan orang lain, atau orang tua memiliki tuntutan yang tinggi pada anaknya.
·          Jika anak menginginkan sesuatu, selalu ditolak dan dimarahi. Sementara orang tua selalu memaksa anak untuk melakukan sesuatu di saat dia sedang asyik bermain, misalnya untuk makan. Mungkin orang tua tidak mengira bahwa hal ini akan menjadi masalah pada si anak di kemudian hari. Si anak akan merasa bahwa ia tidak akan mampu dan tidak berani melawan kehendak orang tuanya, sementara dia sendiri harus selalu menuruti perintah orang tuanya. Ini konflik yang akan merusak emosi si anak. Akibatnya emosi anak meledak.
·          Pada anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan mentalnya, sering terjadi Temper Tantrum, di mana dia putus asa untuk mengungkapkan maksudnya pada sekitarnya.
·          Yang paling sering terjadi adalah karena anak mencontoh tindakan penyaluran amarah yang salah pada ayah atau ibunya. Jika Anda peduli dengan perkembangan anak Anda, periksalah kembali sikap dan sifat-sifat kita sebagai orangtua.
   
3.           GANGGUAN PERILAKU MERUSAK
Perilaku yang memperlihatkan agresivitas, ketidak-patuhan, dan antisosial. Anak suka membantah, kasar perangai, dan suka menyakiti orang lain. Pada tahap yang lebih parah, anak suka berbohong, berkelahi, mengganggu anak yang lebih kecil (bullying), mencuri, menghancurkan benda di sekitarnya.
4.           GANGGUAN KECEMASAN ATAU GANGGUAN MOOD
Merasa selalu sedih, tertekan, tidak dicintai, gugup, takut, kesepian. Gangguan kecemasan dapat bermacam-macam bentuknya. Misalnya,  dinakali oleh anak yang lebih besar, merasa terpisah dari rumah atau orang tua. Contoh gangguan kecemasan lain pada anak adalah gangguan mood (terutama kesedihan) yang berlangsung melebihi periode normal. Anak tidak mampu lagi bergembira atau berkonsentrasi, selalu kecapaian, melakukan aktivitas ekstrim, apatis, selalu menangis, mengalami masalah tidur, berat badan berubah drastis, mengalami keluhan fisik yang tidak jelas, merasa diri tidak berharga, merasa tidak berteman, bahkan kadang-kadang berpikir ingin mati 


Sumber: 
  1.      Santrock, John A. Life-Spain Development. Edisi kelima.Jakarta: Erlangga. 2002
2.     Jahja, Yudrik. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.2011
3.     Hurlock, Elizabeth A. Developmental Psikology, A Life-Span Approach,Fifth Edition. Jakarta. Erlangga. 1980.
4.     Hurlock. A. Elizabeth. Perkembangan Anak. Edisi keenam. Jakarta. Erlangga.1978
5.     Yusuf,. Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta. 2007
6.     http://keluargasehat.wordpress.com
7.   Diane E. Papalia, Human Development, 10th edition, Mc. Graw Hill, 2007

0 komentar: