Dalam jurnal E-Learning Technologies for Rural Child Development
yang dikemukakan oleh S.K Nayak dan Dr. Kalyankar. N.V ini diceritakan bahwa konsep
e-learning dapat diimplementasikan
pada pendidikan anak khususnya yang berada di pedesaan. Satu hal yang dapat
kita ingat dari artikel ini adalah bahwa
langkah-langkah yang dikemukakan oleh kedua penulis tersebut telah dan akan
diimplementasikan di wilayah pedesaan di India. Sebagai negara yang
berkembang, Indonesia memiliki kondisi yang tidak jauh berbeda dengan India,
dimana keduanya merupakan negara dengan luas wilayah yang besar, jumlah
penduduk yang banyak dan lain sebagainya, dimana menurut pendapat saya kendala
dan hambatan dalam mengimplementasikan e-learning
pada pendidikan anak tidak jauh berbeda dengan kondisi yang dihadapi di
Indonesia.
Pada artikel tersebut
disebutkan bahwa TIK berperan penting dalam pendidikan anak sejak usia dini
diantaranya:
a.
Sebagai sarana bermain
b.
Membantu dalam perkembangan bahasa anak
c.
Membantu dalam logika matematika dan
pemecahan masalah
d.
Membantu anak yang berkebutuhan khusus,
anak-anak yang ingin mempelajari kebudayaan lain dsb
Saya juga sependapat dengan penulis artikel
bahwa e-learning mempunyai dampak positif dalam pendidikan diantaranya:
ü Dengan
e-learning, pembelajaran menjadi
terpusat pada siswa (Student Center Learning) , siswa dituntut untuk belajar secara
mandiri,Mereka mempelajari apa yang ingin mereka ingin ketahui sesuai dengan
jadwal yang mereka tentukan sendiri
ü Dengan
perangkat e-learning yang terhubung
dengan internet, kemudahan untuk mengakses informasi dan berbagai sumber
belajar lainnya.
ü Collaborative learning
dimana siswa dari suatu Negara dapat berbagi informasi dan pembelajaran serta
belajar bersama melalui e-learning baik
secara individu maupun berkelompok
ü E-learning memberikan kemudahan untuk memodifikasi
dan menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan keinginan siswa itu sendiri
ü Fleksibilitas
dalam belajar dimana siswa dapat belajar dimana pun dan kapan pun, tidak lagi
dibatasi oleh tempat dan waktu. Dan pembelajaran itu berlangsun secara real time pada tempat yang berbeda
dengan orang yang berada jauh dari siswa tersebut
ü E-learning
memangkas biaya distribusi dan percetakan buku
ü Kemudahan
dalam mengorganisasikan pembelajaran serta administrasi kesiswaan lainnya, mulai
dari tahap registrasi, pelatihan semuanya dapat dilakukan dengan lebih mudah
Dalam pelaksanaannya tetap saja terdapat
kendala-kendala dalam pengimplementasiannya di negera berkembang, yang dalam
hal ini adalah India. Diantara kendala-kendala tersebut adalah:
Ø Literature
Seperti
halnya di Negara berkembang lainnya, jumlah literature yang diperlukan
sangatlah besar, namun ketersediaan literature itu sendiri masih terbatas,
khususnya literature tentang pertanian yang berbasis ekonomi,
Ø Sumber
daya manusia
Tenaga
ahli untuk mengelola dan mengembangkan e-learning
di pedesaan masih sangat sedikit. Hal ini dipengaruhi karena tenaga kerja
cenderung untuk bekerja di kota besar dan juga disebabkan karena rendahnya upah
kerja di pedesaan
Ø Pengadaan
teknologi
Terbatasnya
sumber dana untuk e-learning ini
menyebabkan pengadaan komputer dan perangkat lainnya juga tidak mencapai jumlah
yang semestinya. Seringkali hal ini juga ditambah dengan sulitnya
transportasi/akses jalan menuju daerah tersebut menyebabkan kendala dalam
pendistribusian perangkat komputer dan alat pendukung lainnya
Ø Sumber
daya listrik
Sekarang
ini, tanpa adanya listrik rasanya mustahil bisa menjalankan semua perangkat e-learning tersebut. Dimana di India,
listrik masih menjadi komoditas yang tidak semua wilayah menikmatinya.
Ø Masalah
pendanaan
Sulit rasanya, bila
hanya mengandalkan pendanaan yang berasal dari daerah itu sendiri. Perlu
kerjasama dari pemerintah pusat dan lembaga-lembaga independen internasional
yang bergerak di bidang sosial dan kemanusiaan
Untuk itu penulis artikel, S.K Nayak dan Dr.
Kalyankar. N.V menyarankan bahwa perlu dilakukan langkah-langkah berikut untuk
mengatasi kendala-kendala yang selama ini dihadapi dalam mengimplementasikan e-learning di daerah pedesaan di India:
v Pelatihan
secara intensif kepada guru-guru di sekolah
Diharapkan
pelatihan ini akan menciptakan lingkungan pembelajaran yang diinginkan serta
memacu guru untuk mengembangkan pengalamannya dalam mengembangkan e-learning
v Pengadaan
seminar dan workshop kepada siswa dan
orangtua tentang konsep e-laerning
dan cara penggunaannya, sehingga mereka paham bagaimana hal ini sangat penting
dalam proses pembelajaran itu nantinya.
v Penambahan
bandwidth.
Seperti
kita ketahuia bahwa terbatasnya bandwidth
menyebabkan lambatnya akses internet baik dalam hal download/upload data, akses video dan gambar yang dapat menganggu
proses pembelajaran itu sendiri. Dengan ditambahnya bandwidth diharapkan semua proses dalam e-learning dalam berlangsung lancer tanpa ada keterlambatan.
v E-learning ini
dengan sendirinya akan mengurangi ketergantungan siswa guru, untuk guru,
dituntut untuk lebih kreatif dalam mengembangkan mata ajar yang diampunya
sehingga pembelajaran itu dapat disampaikan secara menarik dan tidak
membosankan.
v Di
India itu sendiri, e-learning akan
makin memperbesar kesenjangan antara yang mampu dengan yang kurang mampu.
Dimana daerah pedesaan yang mempunyai financial kuat, akan dengan mudah
mengimplementasikan e-learning ini,
sedangkan desa dengan sumber dana yang kurang tetap menjadi desa yang
terkebelakang.
Untuk itu perlu kerjasama dari berbagai pihak
kebijakan ini tidak hanya sebatas kebijakan, tetapi menjadi langkah nyata untuk
meningkatkan kualitas manusianya. Diantara kebijakan pemerintah India adalah
wajib belajar bagi anak yang berusia 6-14 tahun. Selain itu, pemerintah India
juga meluncurkan program bernama Sarva Shiksha Abhiyan semacam pendidikan untuk
semua kalangan masyarakat.
Selain itu pemerintah juga mendorong kalangan
swasta dan lembaga independen internasional untuk turut berpartisipasi dalam
mengembangkan pendidikan di India. Dimana bukan hanya pendidikan yang selama
ini dilakukan, tetapi juga pendidikan yang berbasis TIK.
Dalam hal pendanaan, pemerintah juga
melakukan kontrol dan pengawasan agar dana yang dianggarkan untuk pembangunan
infrastruktur dan sarana pembelajaran yang berbasis TIK ini dapat dikelola
dengan semestinya. Sedangkan untuk kendala sumber daya listrik, pemerintah
India berupaya untuk mengembangkan sumber daya selain listrik, misalnya tenaga
matahari dan juga bagi daerah yang belum mempunyai jaringan listrik, dapat
disiasati dengan menggunakan tenaga generator. Tentunya hanya bersifat
sementara.
Tidak jauh berbeda sebenarnya, keadaan di
India dengan Indonesia, dimana karena bentuk geografis yang berkepulauan dan
wilayah yang sangat besar, Indonesia juga mengalami hal yang sama. Dari artikel
yang ditulis oleh S.K Nayak dan Dr. Kalyankar. N.V ini diharapkan pemerintah
Indonesia juga dapat mengimpplementasikan langkah-langkah yang ditempuh oleh
India untuk pembelajaran berbasis TIK ini dengan memaksimalkan sumber daya yang
ada.
Sumber:
0 komentar:
Posting Komentar